Skip to main content

Iklan

Iklan

Komentar

NOTA DARI JAKARTA: Keunikan & Keanggunan Minggu Fesyen Jakarta

Anggaran Waktu Membaca:
 NOTA DARI JAKARTA: Keunikan & Keanggunan Minggu Fesyen Jakarta

Rinaldy A Yunardi, JFW ke-15. (Gambar: Getty Images (JFW official))

BERITAmediacorp: Minggu Fesyen Jakarta (JFW) menginjak usia ke-15 pada tahun ini.

Setelah dua tahun dilangsungkan secara daring (online), tahun ini perhelatan mode (pertunjukan fesyen) Indonesia ini kembali hadir secara luring (offline) di hadapan undangan dan media.

Pindah ke sayap baru sebuah pusat perbelanjaan (gedung beli-belah) di Jakarta Selatan, lokasi keempat sepanjang sejarahnya, lebih 30 pagelaran (peragaan) dilakukan selama sepekan (seminggu) oleh talenta mode (peragawati) Indonesia dan negara jiran. Apakah koleksi yang menarik dari JFW ke-15?

PAKAIAN LELAKI

Ya, ranah mode Indonesia cukup berwarna dan kreatif sehingga memberikan ruang bagi ceruk pakaian pria yang bergaya. Tanah Le Sae dan Hartono Gan Homme berbagi runway kali ini.

Hartono Gan berangkat dari pembelajaran anatomi untuk mencipta pola pakaian yang sesuai untuk tubuh pria dan wanita. Mengakui bahawa merancang busana pria lebih sulit, Hartono Gan mengambil masa selama 12 tahun sebelum memberanikan diri mengeluarkan label Hartono Gan Homme yang koleksinya di JFW terinspirasi dekad 1970-an di mana gaya berbusana pria lebih flamboyan.
Hartono Gan Homme, JFW ke-15. (Gambar: Getty Images (JFW official))
Terinspirasi busana pernikahan berbagai era, Tanah Le Sae menggunakan stok lama di toko kain, sapu tangan dan bahkan pelapis kursi (kusyen)untuk menciptakan koleksi pakaian pria yang bergaya, ramah lingkungan (sesuai untuk pelbagai peringkat usia) dan sebahagian berpotongan cukup unisex untuk dipakai wanita. Sebagai jenama yang lumayan muda, Tanah Le Sae mendapat sambutan hangat setelah pagelarannya (peragaannya).

PAKAIAN WANITA

Kategori terpadat ini menawarkan banyak pilihan menarik, bermula dari strata premium sampai terjangkau.

Yosafat Dwi Kurniawan berpaling ke fiksi sains (cereka sains) Star Trek: Discovery untuk struktur dan konstruksi, sementara desain arsitektur (rekaan) Zaha Hadid di Baku menginspirasi siluet yang lebih luwes melengkung dan bergelombang.

Tetap setia pada keunggulan kriya tangan (kraf tangan), eksekusinya pada sederetan 'cocktail wear' terlihat kuat dan elegan.

Peggy Hartanto, desainer (pereka) muda paling popular di Surabaya dengan penggemar di banyak kota besar Indonesia, memainkan bentuk kelopak bunga khas desainnya untuk koleksi yang lebih rileks namun sama menawannya.
Peggy Hartanto, JFW ke-15. (Gambar: Dokumentasi pribadi Lynda Ibrahim)
Sean Sheila, satu-satunya jenama pakaian Indonesia yang berpartisipasi (dipamerkan) di showroom Minggu Fesyen Musim Gugur/Musim Sejuk Paris 2022-2023, menggelar koleksi yang dibawa ke Paris di JFW ke-15. Masih menyajikan siluet kimono khas dan bordir tangan halus, palette koleksi dimulai dari hitam pekat ke lembayung pupus yang mungkin ilustrasi proses refleksi yang menurut Sean Loh dan Sheila Wijaya mereka alami selama pandemik.
Sean Sheila, JFW ke-15. (Gambar: Getty Images (JFW official))
Kelegaan keluar dari pandemik juga nampaknya mendasari pemilihan warna cerah, motif ceria atau siluet longgar dari beberapa desainer (pereka) lain.

Oline Workrobe menampakkan perut (midriff) untuk atasan namun melonggarkan bawahan, Frederika mengambil inspirasi dari pohon akasia di Riau untuk motif perseginya (checker), 'Everyday' meluncurkan siluet ringan bermotif kotak khas bangunan perkotaan, sedangkan 'Kami' yang dimotori 3 desainer (pereka) menawarkan koleksi berwarna pastel dengan motif bunga kecil ala musim semi (musim bunga).

Keempatnya menggunakan viscose rayon dari Asia Pacific Rayon, produsen (pengilang) benang selulosa lebih ramah lingkungan (sesuai untuk pelbagai peringkat usia) yang beberapa tahun terakhir ini giat berkampanye (berkempen) langsung ke publik melalui acara-acara mode (pertunjukan fesyen).
Everyday x APR, JFW ke-15. (Gambar: Getty Images (JFW official))
Juga memakai Tencel, salah satu merk paten benang rayon, adalah Calla the Label yang popular dalam kalangan wanita urban (bandar) dengan motif berani dan warna semaraknya.

Didukung Wardah, raksasa kosmetik lokal (tempatan) Indonesia, koleksi terbaru Calla terinspirasi dari siklus (putaran) hidup biji yang lalu bertumbuh menjadi bunga.

Juga didukung Wardah kali ini adalah I Know You Know (IKYK), yang baru saja memeragakan koleksinya di Seoul Fashion Kode Spring/Summer 2023.

Berkolaborasi dengan Callie Cotton, IKYK menampilkan koleksi kapsul yang mengetengahkan teknik rajutan, siluet tumpuk dan kain berlipit (pleats) dalam warna cerah.
IKYK x Callie Cotton, JFW ke-15. (Gambar: Getty Images (JFW official))
PEREKA ASING

Kehadiran IKYK di Seoul seperti disebut di atas adalah bentuk kerjasama antara JFW dengan Korea Creative Agency (KOCCA) yang telah berlangsung beberapa tahun. Tahun ini, KOCCA mengirim Saint Ego dan Doucan. Koleksi Saint Ego bersifat uniseks dan bergaya pakaian jalanan urban (streetwear) yang banyak diminati beberapa tahun terakhir ini, sementara Doucan membawakan koleksi womenswear (pakaian wanita) premium bermotif kehidupan dasar laut.

Kedua-dua desainer (pereka) Korea Selatan ini belum pernah mengunjungi Indonesia sebelum ini dan saat ditanya pada jumpa pers (sidang media) menyatakan bila sampai mencuba memasuki pasaran Indonesia mungkin akan memilih lini (koleksi) kedua atau ketiga dari jenama mereka yang lebih terjangkau (dimampui) harganya bagi konsumen (pengguna) Indonesia.
Saint Ego (KOCCA), JFW ke-15. (Gambar: Getty Images (JFW official))
Kedutaan Australia mengirimkan Ngali, jenama yang mengabadikan visualisasi adat Aborigin (Orang Asli) dalam cetak kainnya. Pengejawantahan (penampilan) visual Aborigin dalam kain indah dan berhati-hati, sementara eksekusi jahitannya terlihat sangat rapi. Kelas pengerjaan seperti ini yang sebenarnya bisa dipelajari oleh dunia mode (fesyen) Indonesia dari perancang asing yang bertandang.

UNSUR TRADISIONAL

Indonesia memiliki ratusan budaya tradisional, bermula dari kain seperti batik tenun dan jumputan, sampai kriya tangan (kraf tangan) dan arsitektur (seni bina) rumah. Dalam tiap pagelaran mode Indonesia, selalu ada segenap perancang yang mengolah unsur tradisional ini. Tidak terkecuali pada JFW ke-15.
Batik Trusmi dari Jawa Barat menawarkan gaun malam berbahan viscose rayon bermotif Megamendung, motif khas batik Cirebon yang pernah diadopsi (diadaptasi) oleh Marks & Spencer pada tahun 2015. Sejauh Mata Memandang konsisten mengaplikasikan teknik dasar batik ke motif moden untuk busana sehari-harinya (pakaian harian).

Dengan pendekatan desain yang lebih kontemporari lagi, Bateeq, bintang ritel (runcit) dari korporasi garmen (peniaga pakaian) Dan Liris, juga tetap menawarkan nafas batik melalui koleksi terbarunya.

Auguste Soesastro, salah satu dari sedikit (segelintir) desainer (pereka) Indonesia yang mendalami teknik adibusana (haute couture) di Paris, mengolah kembali sisa batik tulis dari koleksi sebelumnya menjadi 'patchwork' yang dijadikan titik fokus koleksi terbarunya. Wilsen Willim memadukan (adunkan) limbah tekstil karya terdahulunya dengan kriya penenun tradisional di bawah naungan Cita Tenun Indonesia, juga untuk koleksi barunya.
Kraton by Auguste Soesastro, JFW ke-15. (Gambar Getty Images (JFW official))
Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) propinsi (wilayah) Nusa Tenggara Timur (NTT) yang gencar (giat) mempromosikan kekayaan tenun NTT ke berbagai perhelatan mode (pertunjukan fesyen) Indonesia beberapa tahun terakhir ini, membawa karya 18 siswa sekolah kejuruan (vocational school) yang telah dibina selama setahun oleh 3 desainer (pereka) mapan Indonesia; Defrico Audy, Temma Prasetio dan Maya Ratih.

Pembinaan para desainer meliputi visi desain, dasar pola, teknik jahit dan persiapan pagelaran (pertunjukan fesyen). Karya para siswa ini terlihat kreatif, menarik, dan pantas masuk pekan mode besar (minggu pertunjukan besar).
Dekranasda NTT (mentor: Maya Ratih), JFW ke-15. (Gambar: Getty Images (JFW official))
Jeffry Tan, yang lebih dikenali dengan gaun pesta berbasis pesanan khusus dan salah satu kreasinya (rekaan) baru dipakai aktris Indonesia Mikha Tambayong di Festival Film Busan, mengambil idea dari bentuk atap segi lima rumah tradisional Jawa untuk gaun elegannya, selain berkolaborasi dengan pengrajin wanita dari Dekranasda Jawa Tengah untuk merajut sepatu unik yang dipakai di pagelaran.
Jeffry Tan, JFW ke-15. (Gambar: Getty Images (JFW official))
FANTASIA

Mengapa fantasia? Kerana tidak ada kategori yang tepat untuk menggambarkan karya Rinaldy A Yunardi sebagai pagelaran pamungkas (finale) dari JFW ke-15.

Dikenali sebagai desainer aksesoris (pereka aksesori) yang karyanya telah dipakai berkali-kali oleh pesohor dunia sekelas Madonna (Met Gala 2018, ulang tahun Madonna ke-63) dan bisnis kesehariannya ditopang pesanan khusus untuk acara pernikahan dan karpet merah, Rinaldy A Yunardi mengeluarkan semua keliarannya kali ini.

Mengilustrasikan kebebasan perempuan untuk menjadi apa pun, Rinaldy membungkus para model dengan konstruksi materi geometris transparan berwarna-warni yang bebas, gembira, terkesan sekenanya, namun tetap mencengangkan.
Rinaldy A Yunardi, JFW ke-15. (Gambar: Getty Images (JFW official))
Demikian selayang pandang karya mode dalam JFW ke-15. Benar, banyak yang belum diulas. Oleh kerana, tuan dan puan, silakan bertandang ke Indonesia dan tengok langsung republik jiran nan luas ini dengan berbagai kreasi modenya (rekaan fesyennya).

MENGENAI PENULIS:
Lynda Ibrahim adalah penulis dari Jakarta.
Sumber : BERITA Mediacorp/nk
Anda suka apa yang anda baca? Ikuti perkembangan terkini dengan mengikuti kami di Facebook, Instagram, TikTok dan Telegram!

Ikuti perkembangan kami dan dapatkan Berita Terkini

Langgani buletin emel kami

Dengan mengklik hantar, saya bersetuju data peribadi saya boleh digunakan untuk menghantar artikel dari Berita, tawaran promosi dan juga untuk penyelidikan dan analisis.

Iklan

Lebih banyak artikel Berita

Iklan