Skip to main content

Iklan

Iklan

Komentar

NOTA DARI JAKARTA: Jakarta…MRT, LRT, KRL. Masih Macet Kah?

Anggaran Waktu Membaca:
JAKARTA: Bulan Jun tahun ini, Jakarta berulang tahun ke-497. Bermula dari kota pelabuhan sejak sebelum pedagang asing menemukannya, Jakarta menjadi ibu kota saat Indonesia merdeka pada Ogos 1945.
Berbagai masalah masih menggayuti Jakarta, salah satunya kemacetan (kesesakan jalan raya). Selama puluhan tahun mod transportasi (pengangkutan) umum Jakarta tidak nyaman, tanpa jadual, dengan tarif tak berstandar (diselaraskan), maka tak hairan warganya cenderung menggunakan kenderaan peribadi.

Kemacetan lalu lintas Jakarta menjadi penyakit kronik.

Beberapa pembangunan mod transportasi umum dilakukan bertahap dalam dua dekad terakhir untuk menghuraikan kemacetan Jakarta. Hampir semuanya dilengkapi tanda berbahasa Inggeris dan berbagai metode (kaedah) pembayaran, sehingga mudah menggunakannya. Mari kita lihat pilihan mod transportasi baharu ini.

BAS TRANS JAKARTA

Bermula pada tahun 2004 dengan rute (laluan) awal terbatas di pusat bisnes, saat ini Trans Jakarta (TJ) menjalani total (keseluruhannya) 250km dalam 13 rute (laluan) yang bisa diakses dari 287 halte (perhentian bas) khusus di seluruh Jakarta.

Awalnya hanya beroperasi pada jam aktivitas publik (awam), saat ini bis (bas) TJ beroperasi 24 jam dengan penyesuaian pada hari-hari khusus (misalnya: Idul Fitri, Tahun Baharu) yang selalu diumumkan pada kanal-kanal publik ((saluran-saluran awam) dan media sosialnya.

Selama puluhan tahun bas-bas Jakarta terkenal buruk, tidak nyaman, berhenti sembarangan dan bertarif tanpa standard, sehingga kedatangan TJ yang menggunakan jalur dan halte (perhentian bas) khusus dengan biaya (tambang) rasmi tertera adalah perubahan nyata bagi transportasi umum Jakarta. Sempat disangsikan bisa membujuk (meyakinkan) publik (orang ramai), sekarang TJ menjadi salah satu pilihan bermobilitas (pengangkutan awam), terutama setelah masuk dalam jejaring JakLingko yang memudahkan pembayaran - selalu penuh terutama pada jam masuk dan bubar kantor (rush hour).

Terus berusaha menambah rute (laluan) di kota yang sudah terlanjur berkembang tanpa serius mempertimbangkan lahan untuk transportasi publik, TJ kadang masih terpapar macet saat melintas di persimpangan tertentu, walau secara keseluruhan jauh lebih lancar ketimbang (berbanding) mobil (kereta) peribadi.

Bila belum terbiasa naik bas di Jakarta, patut diingat untuk selalu mengawasi diri dan bawaan anda.
Bas TJ di Perhentian Bundaran HI. (Gambar: Lynda Ibrahim)
KERETA API COMMUTER LINE

Kereta (kereta api) dalam kota sudah lama ada di Jakarta, bahkan ada tram pada era kolonial Belanda. Seperti bas, dulu dikenal tidak nyaman. Pembenahan serius PT Kereta Api Indonesia membuat KRL yang acap disebut Commuter Line salah satu pilihan efisien (berkesan) dan murah bagi masyarakat urban (bandar) Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Kelima rutenya (laluannya) melayani Jakarta dan kota sekitar, menyediakan gerbong (gerabak) khusus wanita dan bisa dibayar dengan kartu debit (kad debit) selain kartu transportasi (kad pengangkutan) JakLingko.
KRL di Stasiun Sudirman. (Gambar: Lynda Ibrahim)
Keterlambatan Jakarta dalam membangunkan jejaring kereta (kereta api) transportasi umum tergambar dari situasi Dukuh Atas, tadinya kawasan bisnes dan perumahan, yang sekarang disulap menjadi titik komunal (ruang masyarakat) beberapa jenis kereta api tanpa bertemu dalam stasiun (stesen) yang sama seperti biasanya interchange station (pusat pertukaran kereta api) di Tokyo, Paris atau New York.

Penumpang harus keluar dari stasiun MRT, LRT, kereta bandara atau Commuter Line untuk berganti kereta (kereta api). Bahkan kalau penumpang pindah dari LRT ke MRT, harus jalan melalui Stasiun (Stesen) Sudirman milik Commuter Line, menambah kepadatan peron stasiun (platform stesen) tersebut. Bila tertarik untuk mencuba, sangat tidak disarankan melakukannya pada 'rush hour' (waktu sibuk) kerana cenderung tidak nyaman.
Stasiun KRL Sudirman pada jam sepi. (Gambar: Lynda Ibrahim)
KERETA BANDARA JAKARTA

Bila Singapura memiliki Seletar dan Changi, Jakarta memiliki Halim Perdanakusuma dan Soekarno-Hatta. Pintu utama penerbangan komersial Jakarta ada di Soekarno-Hatta; Halim Perdanakusuma berstatus bandara militer (lapangan terbang tentera) yang hanya dilewati pesawat sipil terbatas.

Soekarno-Hatta terletak di propinsi (wilayah) Banten, bisa diakses dari Jakarta melalui beberapa ruas jalan tol. Kemacetan Jakarta mendorong lahirnya kereta bandara awal 2018. Bisa diakses dari pusat Jakarta melalui Stasiun Manggarai dan BNI City yang berdekatan dengan Stasiun Commuter Line Manggarai dan Sudirman, selain Stasiun MRT Dukuh Atas.

Dari Stasiun LRT Dukuh Atas (berdekatan namun beda (berbeza) dengan Stasiun MRT Dukuh Atas), BNI City bisa dicapai dengan berjalan 10 minit melalui jambatan beratap (berbumbung) dan Stasiun Commuter Line Sudirman. Perjalanan kereta api 56 minit dari Manggarai ke Bandara Soekarno-Hatta melalui 6 stasiun, sementara perjalanan mobil (kereta) dari titik yang sama sekitar 1.5 jam bila tanpa kemacetan berat.
Kereta Bandara di Stasiun BNI City. (Gambar: Lynda Ibrahim)

Tiket bisa dibeli online dan melalui mesin tiket di stasiun, jangan beli mendadak pada 'rush hour' kerana dipadati juga pekerja kantor (pejabat) yang tinggal di wilayah menuju bandara. Kereta Bandara masuk dalam kerangka Commuter Line, rutenya (laluannya) berwarna hitam di peta. Tidak seperti di Singapura di mana Stasiun Changi terintegrasi (disepadukan) dalam 2 rute MRT, kereta bandara Jakarta berjalur sendiri yang membutuhkan pindah kereta api dan stasiun (stesen).

Pelancong dengan banyak bagasi harus mempertimbangkan faktor-faktor ini.

s
Peta KRL dan Kereta Bandara MRT JAKARTA

Beroperasi sejak awal 2019 sebagai kereta api bawah tanah (subway) pertama di Indonesia, Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta juga berjalan di rel (landasan) atas (elevated railway). Saat ini baru melayani 1 rute (laluan), iaitu dari Bundaran HI di Jakarta Pusat ke Lebak Bulus di Jakarta Selatan melalui 13 stasiun dalam 28 minit. Rute ini cukup jitu kerana arus mobilitas (pergerakan) pekerja menengah ke atas (white collar workers) di Jakarta cenderung demikian. Bila berkendara dengan mobil (kereta), diperlukan 1 hingga 2 jam untuk mengharungi rute yang sama, tergantung kepada kemacetan. MRT Jakarta diharap lebih mengurangi kemacetan saat rute ke Utara selesai.

Menariknya, pembangunan rute Utara ini telah menyingkap rel tram Belanda yang terbenam di tanah.

Gerbong MRT. (Gambar: Lynda Ibrahim)
MRT Jakarta mungkin pilihan kenderaan umum yang paling nyaman untuk ekspatriat kerana kualitas (mutu) kereta (kereta api) dan rute (laluan) yang melewati kantor dan hunian (kawasan perumahan) di mana ekspatriat cenderung bermobilitas. Kartu debit (kad debit) atau kartu tunai (e-money card) yang bisa dibeli terpisah adalah cara terpraktis (paling digunakan) untuk menaiki MRT Jakarta.
Stasiun MRT Bundaran HI LRT JAKARTA (Gambar: Lynda Ibrahim)

Dirasmikan pada Ogos 2023, Light Rapid Transit (LRT) Jakarta bermula dari Stasiun LRT Dukuh Atas dan mengarah ke Jakarta Timur di atas 'elevated railways'. Kedua rute beriringan selama 23 minit sepanjang 8 stasiun sampai Cawang, lalu pecah dua untuk melayani wilayah yang lebih luas.

Secara total (keseluruhannya) jalur biru melayani 12 stasiun yang berakhir dengan Harjamukti di Cibubur dalam 47 minit perjalanan, sedang jalur hijau melayani total 14 stasiun yang berakhir dengan Jati Mulya di Bekasi dalam 50 hingga 55 minit perjalanan.

d
Peta LRT Jakarta

Proses pembangunan LRT Jakarta dipenuhi kontroversi, salah satunya spesifikasi teknik gerbong (gerabak) yang diproduksi (dihasilkan) di dalam negeri. Setelah berjalan, LRT juga sempat beberapa kali tergendala operasi. Di luar itu semua, LRT sangat diminati pada 'rush hour' terutama kerana memangkas (menyingkatkan) waktu perjalanan paling tidak setengahnya untuk jangkauan yang luas. Cukup banyak warga sekitar kawasan Kalimalang, salah satu titik termacet (paling sesak) di Jakarta Timur, mengamati penurunan kemacetan setelah LRT lancar beroperasi.
Gerbong KRL. (Gambar: Lynda Ibrahim)
LRT kian strategis dalam jaringan transportasi umum Jakarta kerana salah satu stasiunnya, Halim, tersambung dengan berjalan selama 5 minit melalui jambatan khusus (skybridge) ke Stasiun Whoosh, kereta cepat (kereta api laju) pertama Indonesia yang mengharungi Jakarta-Bandung dalam waktu sejam. Stasiun LRT Halim juga tidak jauh dari bandara Halim Perdanakusuma.
Stasiun LRT Halim terlihat dari stasiun Whoosh. (Gambar: Lynda Ibrahim)
Whoosh. (Gambar: Muryani Siregar)
Apakah transportasi umum Jakarta semakin menarik? Ya. Apakah sudah mulus (lancar)? Belum, kerana selain KRL Commuter Line yang berhulu dari layanan sebelumnya, pilihan terbaharu seperti MRT, LRT dan Kereta Bandara dibangunkan setelah Jakarta berkembang sehingga hanya bisa dibangunkan dalam lahan yang memungkinkan sehingga rutenya belum ideal atau tersambung dengan baik antara satu sama lain.

Namun ada harapan bahawa Jakarta yang berusia nyaris setengah milenia dan 79 tahun terakhir berstatus sebagai ibu kota negara, akhirnya menuju jaringan transportasi umum yang nyaman, terhubung baik dan terjangkau biayanya (tambang) bagi semua lapisan masyarakat.
Terowongan Dukuh Atas. (Gambar: Lynda Ibrahim)
MENGENAI PENULIS
Lynda Ibrahim ialah penulis dari Jakarta.
Sumber : BERITA Mediacorp/ss
Anda suka apa yang anda baca? Ikuti perkembangan terkini dengan mengikuti kami di Facebook, Instagram, TikTok dan Telegram!

Ikuti perkembangan kami dan dapatkan Berita Terkini

Langgani buletin emel kami

Dengan mengklik hantar, saya bersetuju data peribadi saya boleh digunakan untuk menghantar artikel dari Berita, tawaran promosi dan juga untuk penyelidikan dan analisis.

Iklan

Lebih banyak artikel Berita

Iklan