Skip to main content

Iklan

Iklan

Komentar

NOTA DARI JAKARTA: Hari Kebaya Nasional Disambut Buat Pertama Kali Di Indonesia

Anggaran Waktu Membaca:
JAKARTA: Di antara perbezaan budaya dan simbolnya dari berbagai suku bangsa di Indonesia, ada beberapa benang merah.

Salah satu benang merah ini adalah busana bernama kebaya.

APA ITU KEBAYA?

Pakar kain tradisional Indonesia, Judi Knight Achjadi, dalam buku Perjalanan Kebaya yang diterbitkan Museum Tekstil tahun 2014, mendefinisikan kebaya sebagai baju atasan berlengan panjang setinggi pinggul yang dikenakan perempuan bersama kain panjang atau sarung.

Diilustrasikan juga bahawa kebaya berbukaan depan dan bermuara dari akulturasi (percampuran dua budaya) ratusan tahun.

Judi merujuk kepada catatan William Thevenot di India pada abad ke-17 tentang baju atasan Persia bernama caba yang dipakai dinasti Mughal dan catatan Poensen tahun 1876 tentang kulambi kabaya di Jawa yang mengambil nama dari kabaai Persia. Judi juga menemukan lukisan Jan Brandes tahun 1780 yang menunjukkan seorang perempuan mengenakan cabie putih di sebuah pesta di Batavia.

Koleksi kebaya Indonesia di Museum Tekstil Jakarta, sebahagiannya disumbangkan pakar kain tradisional Indonesia lainnya, Asmoro Damais, konsisten menunjukkan kebaya sebagai atasan berbukaan depan.

Selain kebaya, di beberapa daerah Indonesia juga dikenali sebagai baju kurung yang berbukaan belakang dan dari Makassar baju bodo yang berbukaan atas mirip kaftan
Koleksi kebaya antik Museum Tekstil Jakarta, Jun 2023
Bagaimana dengan debat bahawa kebaya berasal dari abaya (Arab)? Peter Lee, dalam Sarong Kebaya yang diterbitkan Muzium Tamadun Asia pada tahun 2014, mengutip (menukil) ahli etimologi Henry Yule dan Arthur Burnell yang pada 1886 menerangkan caba (Persia) berhulu dari qaba (Arab) yang ertinya pakaian luar. Peter juga memaparkan argumen (berhujah) ahli tekstil GP Rouffaer dan HH Juynball bahawa kebaya berasal daripada katun Cambaya di Gujarat.

Di luar semua perdebatan ini, secara umum ahli bersepakat bahawa pada abad ke-19 atasan berbentuk kebaya dipakai di Nusantara dalam beberapa variasi. Pada pameran Her Kebaya di Muzium Peranakan Singapura pada 2023, terpampang kebaya lintas zaman yang dipakai beragam etnik di Singapura.

Dalam dokumenter (dokumentari)Kebaya Gaya Nusantara yang diluncurkan (dilancarkan) oleh BERITA Mediacorp pada November 2023, ragam kebaya dari Singapura, Malaysia dan Indonesia diulas oleh akademisi (ahli akademik), kurator muzium, desainer mode (pereka fesyen), pengrajin (pengamal), pedagang dan komunitas (masyarakat) kebaya
Pameran Her Kebaya, Muzium Peranakan SG, Ogos 2023
Proses perekaman Kebaya Gaya Nusantara, Juni 2023
RAGAM KEBAYA INDONESIA

Dari para peneliti dan penggiat kebaya Indonesia, sejauh ini bisa disimpulkan ada 5 jenis kebaya di Indonesia; kutubaru, kartini, kerancang, labuh dan noni.

Kebaya kutubaru berlapel pendek di tengah dan bawahnya ditutup angkin. Kebaya kartini dinamai dari busana bangsawan Jawa aktivis pendidikan wanita, Raden Ajeng Kartini, dan kedua lapelnya bertemu di tengah sampai bawah. Kebaya labuh mirip kartini walau lebih panjang dan longgar.

Kebaya kerancang ditandai seni kerancang/bordir/sulam, banyak di sekitar Sumatera Barat dan wilayah etnik Tionghoa (masyarakat Cina).

Kebaya noni sering dikelirukan dengan kerancang namun sebenarnya adalah renda yang dijahitkan di tepian, mirip kebaya perempuan Eropah di Nusantara dulu dan sampai sekarang ada di Indonesia Timur.
Kebaya kutubaru antik koleksi Didiet Maulana
Kebaya noni vs kerancang
HARI KEBAYA NASIONAL INDONESIA

24 Julai ditetapkan sebagai Hari Kebaya Nasional (HKN) melalui Keputusan Presiden Indonesia No 19 pada Ogos 2023. Tanggal ini diambil dari Kongres Wanita Indonesia ke-10 (1964), di mana Presiden Soekarno, di depan ribuan hadirin berkebaya, memuji peranan wanita dalam kemerdekaan Indonesia.

Pada perayaan pertama Hari Kebaya Nasional Indonesia tahun ini, serangkaian acara digelar di Jakarta, Yogyakarta dan Medan. Kowani menjadi tuan rumah acara utama di Istora Senayan Jakarta bersama Tim Nasional Kebaya yang terdiri daripada beberapa komunitas (masyarakat) kebaya.

Dihadiri Presiden Jokowi dan isteri beserta ribuan wanita berkebaya, acara ini dimeriahkan 5 biduan pelantun lagu baharu Kebaya Indonesia, bazar, dan tarian dari Kebaya Menari narasumber (sumber maklumat) pembuka dokumenter (dokumentari) Kebaya Gaya Nusantara tahun lalu.
Gambar 6. Peserta HKN (tribun)
Hadirin mewakili organisasi formal seperti Persit Kartika Chandra Kirana (persatuan isteri anggota tentera) atau ikatan yang cair seperti komunitas (masyarakat) pelukis dan Sixers Berkebaya (alumni SMA 6 Jakarta).

Keragaman hadirin HKN secara demografi dan sosiografi terilustrasikan dari gaya kebaya yang dipilih.
Peserta HKN (luar)
Masyarakat pelukis berkebaya
Sixers Berkebaya
Pada hari yang sama, Djarum Foundation meluncurkan (melancarkan) filem Kebaya Kala Kini. Dua aktris (pelakon wanita) dan seorang penyanyi keroncong muda tenar dalam balutan kebaya moden berbagi layar dengan para perempuan pekerja pasar di Yogyakarta yang sehari-hari berkebaya klasik sambil bekerja.

Filem pendek bervisual cantik ini seolah ingin menunjukkan bahawa kebaya tetap relevan untuk sehari-hari, bukan hanya saat kenduri.
Temu media Kebaya Kala Kini
Berkebaya dalam keseharian juga tertangkap mata pada Parade Kebaya menjelang HKN. Dari komunitas (masyarakat) Rampak Sarinah yang mewakili wanita petani dan pedagang desa sampai finalis Puteri Ratu Kebaya memenuhi jalan utama Jakarta yang ditutup untuk Car Free Day. Puteri Ratu Kebaya 2024, Chelliszya Halim yang baru berusia 14 tahun, mengenakan kebaya dan songket keperakan sementara finalis lainnya berkebaya lebih santai; semua mendulang pujian dari olahragawan yang memadati Car Free Day.
Rampak Sarinah
Puteri Ratu Kebaya
Menyasar remaja untuk berkebaya diupayakan desainer mode (pereka fesyen) Lenny Agustin melalui komunitas (masyarakat) Funky Kebaya. Pada pekan HKN, komunitas ini menggelar fashion show di pelataran MBloc. Deretan kebaya yang dipadu rok mini, celana panjang atau denim itu menarik remaja untuk mengikuti kontes (peraduan) kebaya dan mencuri perhatian pejalan kaki yang menuju terminal bas Blok M Jakarta di sebelahnya.
Funky Kebaya Community

Desainer mode (pereka fesyen) Didiet Maulana membuka akses kepada publik (orang ramai) melalui pola kebaya yang ia pamerkan dalam Kebaya Fest. Berbicara dalam festival yang digelar Kebaya Menari bersama Djarum Foundation ini, Didiet menyebut pentingnya memahami standar (mutu) kebaya sambil luwes menyikapi kreativitas (kreativiti) desain terutama untuk kaum muda. Kepatuhannya pada pakem sambil menyesuaikan dengan kebutuhan klien ditunjukkan Didiet dalam Kebaya Gaya Nusantara tahun lalu.

Kebaya Fest diramaikan 4 dari 5 biduan tenar pelantun lagu Kebaya Indonesia yang sebelumnya muncul di acara puncak HKN dan diakhiri dengan berdansa bersama.

a

(Gambar: Panel pameran Kebaya Fest)

Biduan lagu Kebaya Indonesia
Dansa bersama
Apakah euforia kebaya hanya sampai keriuhan Hari Kebaya Nasional?

Kebaya Menari, yang tahun lalu menggelar panggung untuk komunitas (masyarakat)berkebaya termasuk penari tuli di Jakarta, tahun ini melawat ke rumpun kebaya Singapura, Malaysia dan Thailand.

Perempuan Berkebaya Indonesia, yang menggelar acara kebaya remaja menjelang HKN, baru-baru ini merambah ke Baduy yang sukunya masih teguh mempertahankan busana tradisionalnya.
Kebaya Menari
Jawapan terbijak mungkin datang dari Indiah Marsaban, akademisi (ahli akademik)Universitas Indonesia dan salah satu narasumber (sumber maklumat) Kebaya Gaya Nusantara. Ikut menulis antologi kebaya tahun 2021 dan terlibat dalam dua buku tentang kebaya Indonesia tahun ini, Indiah realistis bahawa setelah penetapan HKN dan pendaftaran ke UNESCO, masa depan kebaya ditentukan oleh publik (orang ramai) sendiri.

Dan Indiah benar - bila publik (orang ramai) berkebaya dalam keseharian, ia akan lestari sepanjang zaman. Namun bila kebaya hanya diasosiasikan (dikaitkan) sebagai busana formal mewah yang dipakai sesekali, kebaya perlahan-lahan akan mati.

Di Indonesia, di mana kebaya kadangkala dianggap terlalu membentuk tubuh, perdebatan acap melebar ke kesantunan agama tertentu.

Akankah kebaya terus berjaya, memang hanya waktu yang bicara.

Itu kisah kebaya saat ini di Indonesia.

Bagaimana khabar kebaya di Singapura?
Indiah Marsaban
MENGENAI PENULIS
Lynda Ibrahim ialah penulis dari Jakarta.
Sumber : BERITA Mediacorp/ae
Anda suka apa yang anda baca? Ikuti perkembangan terkini dengan mengikuti kami di Facebook, Instagram, TikTok dan Telegram!

Ikuti perkembangan kami dan dapatkan Berita Terkini

Langgani buletin emel kami

Dengan mengklik hantar, saya bersetuju data peribadi saya boleh digunakan untuk menghantar artikel dari Berita, tawaran promosi dan juga untuk penyelidikan dan analisis.

Iklan

Lebih banyak artikel Berita

Iklan