NOTA DARI JAKARTA: Gaya Pria Indonesia
Anggaran Waktu Membaca:
JAKARTA: Bila bicara mode (fesyen), umumnya orang membayangkan peragawati berlenggak-lenggok mempamerkan busana wanita. Namun sejalan dengan perubahan gaya hidup, tawaran busana pria makin beragam dan bergaya.
Pagelaran busana (pertunjukan fesyen) khusus pria sudah lumrah. Indonesia bahkan memiliki acara khususnya sedekad lebih.
Digelar di mana? Plaza Indonesia, pusat perbelanjaan mewah di pusat Jakarta yang bersebelahan dengan Hotel Indonesia, hotel bersejarah yang diilustrasikan dalam filem The Year of Living Dangerously.
Tahun ini, Plaza Indonesia Men’s Fashion Week (PIMFW) menyuguhkan 22 pagelaran dan 5 presentasi mode(pertunjukan fesyen) dalam 6 hari. Pagelarannya didominasi jenama lokal (tempatan) yang sebahagiannya memiliki gerai di Plaza Indonesia (PI), sedang presentasinya dilakukan oleh jenama asing yang semua bisa ditemui gerainya di PI.
Pusat perbelanjaan menyelenggarakan acara untuk menarik pengunjung, sudah biasa. Namun mengapa Plaza Indonesia khusus menggelar PIMFW, dibedakan (berbeza) daripada acara modenya yang lebih dikenali, Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW)?
“Pria Indonesia kurang berani mengeksplorasi gaya mode, padahal pilihan lain itu ada,” jawab Tommy Utomo, pengurus perhubungan awam dan pemasaran Plaza Indonesia. Menurut Tommy, ini sebabnya PI konsisten menggelar PIMFW yang secara teknikal menginjak tahun ke-11 namun secara riil (hakikatnya) telah berlangsung 15 tahun kerana awalnya dilakukan di dalam gerai sebagai 'trunk show'.
Mari mengeksplorasi (meninjau-ninjau) pilihan-pilihan mode pria (fesyen kaum lelaki) di PIMFW tahun ini.
Sebahagian desainer (pereka fesyen) menjangkakan karyanya pada warisan budaya. Obin, wanita yang lebih senang menyebut dirinya “tukang kain” ketimbang (berbanding) desainer lain, mengeluarkan dua lusin pilihan dalam koleksi perdananya yang sepenuhnya bagi pria.
Dalam sambutan singkat sebelum 'fashion show', Obin menceritakan permintaan dari para pelanggan wanita setia untuk juga mendesainkan (menghasilkan) busana pria. Dari sisi kain, kualitasnya (mutunya) setara dengan koleksi Obin sebelumnya. Atasannya cenderung kasual, sebahagian terinspirasi siluet surjan Yogyakarta dalam warna khas beskap Solo, bawahannya mirip celana sarung.
Pagelaran busana (pertunjukan fesyen) khusus pria sudah lumrah. Indonesia bahkan memiliki acara khususnya sedekad lebih.
Digelar di mana? Plaza Indonesia, pusat perbelanjaan mewah di pusat Jakarta yang bersebelahan dengan Hotel Indonesia, hotel bersejarah yang diilustrasikan dalam filem The Year of Living Dangerously.
Tahun ini, Plaza Indonesia Men’s Fashion Week (PIMFW) menyuguhkan 22 pagelaran dan 5 presentasi mode(pertunjukan fesyen) dalam 6 hari. Pagelarannya didominasi jenama lokal (tempatan) yang sebahagiannya memiliki gerai di Plaza Indonesia (PI), sedang presentasinya dilakukan oleh jenama asing yang semua bisa ditemui gerainya di PI.
Pusat perbelanjaan menyelenggarakan acara untuk menarik pengunjung, sudah biasa. Namun mengapa Plaza Indonesia khusus menggelar PIMFW, dibedakan (berbeza) daripada acara modenya yang lebih dikenali, Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW)?
“Pria Indonesia kurang berani mengeksplorasi gaya mode, padahal pilihan lain itu ada,” jawab Tommy Utomo, pengurus perhubungan awam dan pemasaran Plaza Indonesia. Menurut Tommy, ini sebabnya PI konsisten menggelar PIMFW yang secara teknikal menginjak tahun ke-11 namun secara riil (hakikatnya) telah berlangsung 15 tahun kerana awalnya dilakukan di dalam gerai sebagai 'trunk show'.
Mari mengeksplorasi (meninjau-ninjau) pilihan-pilihan mode pria (fesyen kaum lelaki) di PIMFW tahun ini.
Sebahagian desainer (pereka fesyen) menjangkakan karyanya pada warisan budaya. Obin, wanita yang lebih senang menyebut dirinya “tukang kain” ketimbang (berbanding) desainer lain, mengeluarkan dua lusin pilihan dalam koleksi perdananya yang sepenuhnya bagi pria.
Dalam sambutan singkat sebelum 'fashion show', Obin menceritakan permintaan dari para pelanggan wanita setia untuk juga mendesainkan (menghasilkan) busana pria. Dari sisi kain, kualitasnya (mutunya) setara dengan koleksi Obin sebelumnya. Atasannya cenderung kasual, sebahagian terinspirasi siluet surjan Yogyakarta dalam warna khas beskap Solo, bawahannya mirip celana sarung.
Didiet Maulana yang popular dengan kebaya eksklusif lebih dahulu dikenali dengan jenama Ikat. Terinspirasi perjalanannya ke Wamena di Papua, untuk Ikat kali ini Didiet menelurkan (menghasilkan) koleksi berwarna tanah dengan siluet klasik dan sentuhan aplikasi dari noken, tas tradisional Papua yang diperbuat dari jaring - sebentuk tas yang sekarang bisa ditemui di jenama Perancis ternama.
Sejauh mata memandang, yang konsisten memakai teknik batik cap dengan visual moden, bekerja dengan Biasa, jenama berbasis (berasal) dari Bali yang dikenali baik konsumen lokal (pengguna tempatan) dan ekspatriat.
Pertama kalinya berkolaborasi dalam perjalanan bisnesnya, palet solid dan netral (neutral) khas Biasa lebih semarak setelah dikahwinkan dengan estetika Sejauh Mata Memandang. Koleksi ini menggunakan tekstil dari mitra seperti Sekar Kawung, lembaga yang membina perempuan penenun dan aktif dalam komunitas (masyarakat) penenun tradisional Indonesia. Siluet koleksinya santai dan melambai, cocok dikenakan di resort pinggir pantai.
Pertama kalinya berkolaborasi dalam perjalanan bisnesnya, palet solid dan netral (neutral) khas Biasa lebih semarak setelah dikahwinkan dengan estetika Sejauh Mata Memandang. Koleksi ini menggunakan tekstil dari mitra seperti Sekar Kawung, lembaga yang membina perempuan penenun dan aktif dalam komunitas (masyarakat) penenun tradisional Indonesia. Siluet koleksinya santai dan melambai, cocok dikenakan di resort pinggir pantai.
Juga menyajikan 'resort wear' adalah kolaborasi antara desainer Malaysia, Michael Ong, dengan jenama Indonesia, MGKYM.
Didirikan oleh desainer grafis (pereka grafik) Glenn Marsalim, MGKYM memulakan bisnesnya sedekad lalu dari baju kaos dan tas kanvas bermotifkan mangkuk ayam sebelum bertahap-tahap berkembang ke pakaian santai berharga terjangkau. Di tangan Michael Ong, tekstil MGKYM disulap menjadi lebih bergaya namun tetap mudah dikenakan banyak pria.
Didirikan oleh desainer grafis (pereka grafik) Glenn Marsalim, MGKYM memulakan bisnesnya sedekad lalu dari baju kaos dan tas kanvas bermotifkan mangkuk ayam sebelum bertahap-tahap berkembang ke pakaian santai berharga terjangkau. Di tangan Michael Ong, tekstil MGKYM disulap menjadi lebih bergaya namun tetap mudah dikenakan banyak pria.
Sean Sheila, duo (pasangan) desainer suami isteri yang telah beberapa kali membawa karya mereka ke ruang pameran Paris Fashion Week, mengilustrasikan situasi terburu-buru keluar rumah dengan serangkaian busana unik.
Tepi kemeja terpuntir-puntir, celana agak kusut, jaket yang keliman belakangnya seakan-akan belum selesai dijahit, dan beberapa pendekatan kreatif lainnya. Untuk koleksi perdana prianya, tidak mengecewakan dan masih mewakili DNA desain yang telah dikenali sebelumnya.
Tepi kemeja terpuntir-puntir, celana agak kusut, jaket yang keliman belakangnya seakan-akan belum selesai dijahit, dan beberapa pendekatan kreatif lainnya. Untuk koleksi perdana prianya, tidak mengecewakan dan masih mewakili DNA desain yang telah dikenali sebelumnya.
Tidak semua koleksi di PIMFW bersifat pakaian santai.
ArtKea Stripes, yang baru mengembangkan sayap bisnes dari aksesori ke pakaian jadi menawarkan kemeja bergaris yang cukup bergaya untuk industri kreatif namun tetap klasik untuk perbankan.
ArtKea Stripes, yang baru mengembangkan sayap bisnes dari aksesori ke pakaian jadi menawarkan kemeja bergaris yang cukup bergaya untuk industri kreatif namun tetap klasik untuk perbankan.
Rekha’s dan A Tham, dua studio penjahit (tailor) kelas atas di Plaza Indonesia, tahun ini menapaki PIMFW melalui kolaborasi dengan Luxina, media digital gaya hidup mewah. Kedua-dua penjahit terkenal dengan kualitas (mutu) jahitan dan tekstil premium, memiliki langganan setia dari pejabat sampai pengusaha, kerap klien membawa puteranya yang mulai dewasa.
A Tham menawarkan jas (jaket) pas tubuh dipadukan dengan celana lebar, sesuai dengan gaya terkini. Rekha’s lebih fokus pada kemeja dan jas (jaket) klasik berjahitan tanpa celah, menutup pagelarannya (pertunjukan fesyen) dengan aktor senior (mapan) Jeremy Thomas yang cukup mewakili demografik pelanggannya.
A Tham menawarkan jas (jaket) pas tubuh dipadukan dengan celana lebar, sesuai dengan gaya terkini. Rekha’s lebih fokus pada kemeja dan jas (jaket) klasik berjahitan tanpa celah, menutup pagelarannya (pertunjukan fesyen) dengan aktor senior (mapan) Jeremy Thomas yang cukup mewakili demografik pelanggannya.
Kraton, yang dimulai di New York oleh Auguste Soesastro, salah satu dari sedikit desainer Indonesia yang berpendidikan adibusana (haute couture), mengeluarkan serangkaian busana formal yang terinspirasi estetika Jawa.
Tertumpu kepada kekuatan pola dan eksekusi jahitan, jaket dan celana Kraton terstruktur baik namun tetap mulus bergerak mengikut pemakainya. Reza Rahadian Matulessy, selain piawai di depan lensa filem dan sigap berdemonstrasi ke gedung Parlimen ternyata juga bisa bergaya di 'runway' (pentas pertunjukan fesyen) dan menutup pagelaran Kraton dengan penuh karisma.
Tertumpu kepada kekuatan pola dan eksekusi jahitan, jaket dan celana Kraton terstruktur baik namun tetap mulus bergerak mengikut pemakainya. Reza Rahadian Matulessy, selain piawai di depan lensa filem dan sigap berdemonstrasi ke gedung Parlimen ternyata juga bisa bergaya di 'runway' (pentas pertunjukan fesyen) dan menutup pagelaran Kraton dengan penuh karisma.
Seperti nama jenama dan garis koleksi kali ini, pagelaran (pertunjukan fesyen) Kraton juga dihadiri pemegang takhta salah satu keraton yang berada di Surakarta.
Jadi, secara kreativitas (kreativiti) PIMFW tidak terbatas. Apakah penjualan akan melayang?
Laporan terbaharu Badan Pusat Statistika menunjukkan menyusutnya kelas menengah Indonesia secara signifikan, hanya 17.1% daripada 289 juta populasi (penduduk) tahun ini. Pembeli busana desainer Indonesia memang tidak masuk kategori kelas menengah (pengeluaran Rp 1.2 hingga Rp 6 juta perbulan perorang, (sebulan setiap seorang), namun goyahnya kelas menengah dalam jangka panjang akan berdampak pada keseluruhan perekonomian (ekonomi).
Laporan terbaharu Badan Pusat Statistika menunjukkan menyusutnya kelas menengah Indonesia secara signifikan, hanya 17.1% daripada 289 juta populasi (penduduk) tahun ini. Pembeli busana desainer Indonesia memang tidak masuk kategori kelas menengah (pengeluaran Rp 1.2 hingga Rp 6 juta perbulan perorang, (sebulan setiap seorang), namun goyahnya kelas menengah dalam jangka panjang akan berdampak pada keseluruhan perekonomian (ekonomi).
Melihat kesuksesan bertahap PIMFW sejauh ini, Zamri Mamat, Timbalan Ketua Pemasaran Plaza Indonesia, optimis dalam 5 tahun ke depan kreativitas (kreativiti) dan eksekusi PIMFW akan semakin berkembang.
Bila pemerintah baharu Indonesia sukses menggenjot perekonomian, maka optimisme ini akan berbuah realiti manis bagi dunia mode (dunia fesyen) pria Indonesia.
MENGENAI PENULIS
Lynda Ibrahim ialah penulis dari Jakarta.
Bila pemerintah baharu Indonesia sukses menggenjot perekonomian, maka optimisme ini akan berbuah realiti manis bagi dunia mode (dunia fesyen) pria Indonesia.
MENGENAI PENULIS
Lynda Ibrahim ialah penulis dari Jakarta.
Sumber : BERITA Mediacorp/ae
Ikuti perkembangan kami dan dapatkan Berita Terkini
Langgani buletin emel kami
Dengan mengklik hantar, saya bersetuju data peribadi saya boleh digunakan untuk menghantar artikel dari Berita, tawaran promosi dan juga untuk penyelidikan dan analisis.