Skip to main content

Iklan

Iklan

Komentar

NOTA DARI JAKARTA: Dari Batik Ireland Hingga Ke Songket Nusantara

Anggaran Waktu Membaca:
NOTA DARI JAKARTA: Dari Batik Ireland Hingga Ke Songket  Nusantara

Batik Kedutaan Besar Irlandia, Museum Tekstil Jakarta, September 2024
Dokumentasi: Lynda Ibrahim

JAKARTA: Saya terpana (terpesona) saat membaca Kedutaan Besar Irlandia (Ireland) di Indonesia mempamerkan batik dalam rangka 40 tahun diplomasi Indonesia-Irlandia.

Mana ada batik di Irlandia? Penasaran, saya mampir ke Muzium Tekstil Jakarta, di mana pameran berlangsung. Yang saya temui, ternyata cukup menggelitik.

Dalam ruang pameran utama, di antara segenap batik antik koleksi muzium yang bernuansa kehijauan, warna khas Irlandia, terpampang beberapa batik tulis yang memadukan budaya Irlandia dan Indonesia.

Batik-batik ini hasil kolaborasi Vania Gracia, pembatik dari Kedubes Irlandia (Kedutaan Besar Ireland), dengan ahli kriya (kraf tangan) Cak Nur dan Batik Pohon.

Dalam setiap batik kolaborasi ini, diilustrasikan profil tokoh legendaris (legenda) Irlandia seperti Santo Patrick, Cu Chulainn dan Ratu Maeve. Sang tokoh diapit simbol budaya Irlandia seperti daun semanggi tiga segi (shamrock) dan triskelion selain motif klasik batik Indonesia seperti parang, truntum (motif batik yang berhiaskan bunga-bunga kecil) dan merak.

Beberapa helai batik juga ditambahi rajutan (crochet), salah satu kriya (kraf tangan) popular di Irlandia.

Gambar 1. Batik St Patrick

Batik bermotif Santo Patrick, Museum Tekstil Jakarta, September 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Pengunjung mengamati Batik Santa Brigid, Museum Tekstil Jakarta, September 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Yang paling menarik adalah batik yang dinamakan “Batik Kedutaan Irlandia”. Dalam warna dasar coklat dan bermotif geometris mirip sidomukti/sidomulyo, dua motif klasik pengantin Jawa, simbol Irlandia seperti daun shamrock dan bunga fuchsia dibatikkan dalam warna hijau. Siang itu, ada seorang pengunjung yang berkemeja batik sama - menurutnya, hadiah dari Kedubes Irlandia (Kedutaan Besar Ireland) dalam acara lain.
Batik Kedutaan Besar Irlandia, Museum Tekstil Jakarta, September 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Pengunjung mengenakan kemeja motif Batik Kedutaan Besar Irlandia, Museum Tekstil Jakarta, September 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Dari beragam pameran Hari Batik Nasional 2024, pameran ini berbeza sendiri. Hari Batik Nasional dirayakan setiap 2 Oktober sejak 2009 saat batik Indonesia dimasukkan UNESCO dalam Senarai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Acung jempol (Tahniah) Muzium Tekstil Jakarta dalam memilih tema unik ini.
Selain Hari Batik Nasional, sejak 2021 Indonesia memiliki Hari Tenun Nasional yang jatuh setiap 7 September. Mungkin kerana relatif (agak) baharu, peringatannya belum semeriah Hari Batik Nasional, terlepas fakta bahawa tenun Indonesia sangat kaya ragam teknik, material (bahan) dan warnanya. Dari teknik sahaja, Indonesia paling tidak memiliki tenun konvensional, tenun ikat dan tenun songket.

Songket sering disalahertikan sebagai sebatas tenun berbenang perak atau emas yang berasal dari Sumatera dan sekitarnya.

Sesungguhnya, seperti ditulis dalam buku-buku wastra (heritage textile) Indonesia dan ditegaskan kembali oleh pakar wastra Benny Gratha dalam serangkaian presentasi (persembahan) di Muzium Tekstil Jakarta tahun ini, songket adalah teknik tenun yang menambahkan benang pakan (horizontal) atau benang lungsi (vertikal) dengan cara disungkit.

Satu cara mudah untuk mengetahui tenunan itu songket atau bukan adalah dengan diraba; benang tambahan yang disungkit akan terasa timbul di tangan.
Pakar wastra Benny Gratha dan kolektor Neneng Iskandar menerangkan songket Riau, Museum Tekstil Jakarta, Juni 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Di Indonesia, songket ditemui di Sumatera, Bali, Lombok, Flores dan bahkan di Sulawesi. Songket dari Sumatera cenderung berbenang perak dan emas, dari daerah lain tidak selalu sedemikian. Sebelum Hari Tenun baru-baru ini, ada beberapa pameran songket yang menarik untuk disemak.

Baru-baru ini Muzium Tekstil Jakarta menggelar pameran songket yang diawali dengan temu wicara (talkshow) bersama para pakar dan kolektor. Sebahagian peserta masih mengira songket harus berbenang perak/emas dari Sumatera, sehingga kaget saat melihat keragaman songket milik muzium yang dipamerkan.

Selain pakar wastra (warisan tekstil), kolektor seperti Neneng Iskandar dan Aswin Wirjadi ikut memberikan penjelasan dan menunjukkan koleksi peribadi mereka kepada pengunjung.
Pakar wastra Benny Gratha menerangkan songket Sumba (Nusa Tenggara Timur), Museum Tekstil Jakarta, Juli 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Kolektor Aswin Wirjadi dan songket Sumatera Barat koleksinya, Museum Tekstil Jakarta, Juli 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Songket Sulawesi Selatan koleksi Neneng Iskandar, Museum Tekstil, Jakarta, Juli 2024. Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Beberapa saat kemudian, seorang kolektor wastra yang tinggal di Bali menggelar (mempamerkan) koleksi songketnya untuk publik (orang ramai). Pemilik jaringan toko cinderamata (kedai cenderamata)Pithecanthropus di Bali ini memang terkenal mencintai wastra antik dan tahun lalu mempamerkan koleksi batik peranakan
Walau lebih sedikit dalam jumlah jika dibandingkan dengan koleksi batik tahun lalu yang sampai harus dibahagikan dalam dua periode (tempoh) pameran, koleksi songketnya ini tetap beragam dan sama terawatnya. Sama seperti tahun lalu, koleksi dipamerkan di rumah panggung antik yang diangkat dari Palembang (Sumatera Selatan) dan direkonstruksikan (dibangunkan semula)di Ketewel, Bali.
Songket Sulawesi Selatan koleksi Neneng Iskandar, Museum Tekstil Jakarta, Juli 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Songket Sumatera Barat, pameran Roman Muka, Bali, Agustus 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Tapis Lampung, pameran Roman Muka, Bali, Agustus 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Demi menghormati budaya setempat, sebuah ruang pameran didedikasikan untuk wastra Bali yang dikurasi oleh Tjokorda Istri Ratna Cora Sudharsana, seorang periset (penyelidik), pengajar, dan kolektor wastra.

Selain itu, sulaman antik Bali juga dipamerkan. Selain bercorak dan berwarna meriah khas budaya Bali, wastra di sudut ini juga amat berharga, mungkin kerana ia dimiliki sang kurator yang juga seorang bangsawan Bali.
 
Songket Bali kurasi Tjokorda Istri Ratna Cora Sudharsana, pameran Roman Muka, Bali, Agustus 2024 Dokumentasi: Lynda Ibrahim
Seperti batik dan songket apa yang biasa dipakai kaum Melayu di Singapura? Apa tuan dan puan masih menyimpan selembar atau bahkan memakainya?

MENGENAI PENULIS
Lynda Ibrahim ialah penulis dari Jakarta.
Sumber : BERITA Mediacorp/ae
Anda suka apa yang anda baca? Ikuti perkembangan terkini dengan mengikuti kami di Facebook, Instagram, TikTok dan Telegram!

Ikuti perkembangan kami dan dapatkan Berita Terkini

Langgani buletin emel kami

Dengan mengklik hantar, saya bersetuju data peribadi saya boleh digunakan untuk menghantar artikel dari Berita, tawaran promosi dan juga untuk penyelidikan dan analisis.

Iklan

Lebih banyak artikel Berita

Iklan